Saturday, August 28, 2010

petualangan menuju Gn. Papandayan (2.622 dpl)

Disini saya enggan menyebutnya sebuah PERJALANAN
Karena jejak kaki KAMI melakukan hal yang jauh lebih dari itu, yaitu PETUALANGAN

Ini kisah 6 orang anak muda yang mencari pengalaman akan mencintai alam

Mereka adalah Puraga Baskara, Hilmi Adriansya, Hadiyan Amirullah, Ahmad Saiful, Lukman Nurjaman, dan Kiddy Nahli
Perjalanan direncanakan pada tanggal 30 Juni - 2 Juli

HARI KE-1

Perjalanan dimulai di rumah Aga (Puraga) pada pukul 06.00 kita berlima berangkat menuju terminal Cicaheum (Lukman sudah disana terlebih dahulu). Kita menaiki Efl Enk Ink Enk tujuan garut.
Disana rencana biaya adalah Rp. 15000,00 , tapi kita ditipu oleh 'kenek'nya sehingga harga menjadi Rp. 30.000,00 . Hal ini menumbuhkan suatu firasat buruk, tapi abaikan sajalah.

Perjalanan dilanjutkan dengan menaiki 'dolak' seharga Rp. 20.000,00 , kitapun sampai di tempat parkir kaki gunung Papandayan.




Di parkiran sekitar pukul 12.00, kita santai sejenak, makan dulu, 'boker' dulu, dan mengisi tenaga untuk melakukan pendakian ini.
Ketika fisik dan mental sudah siap, kita melangkahkan langkah pertama menuju petualangan ini (y)


Perjalanan dimulai sekitar pukul 12.30. Dengan semangat yang tinggi, langkah kami sangat baik dan konstan membuat segala pikiran buruk pun hilang.


Sekitar pukul 13:00 kita memulai pendakian dengan trek yang berupa bebatuan, sulfur dan komposisi lainnya yang ada di sekeliling tempat tersebut dikarenakan letusan Gn. Papandayan pada tahun 2002, sehingga masih terdapat batuan - batuan di sekitar kaki gunung tersebut. Tak lupa kami pun sempat mengunjungi kawah dan danau yang terbentuk di sekitar areal tersebut.


Di sekitar danau tersebut, kami bertemu dengan 2 orang guide yang sedang menuntun 2 wanita belanda, dan tersadar bahwa arah jalan kami salah, kami pun bertanya perihal jalan yang tepat. Dan kami pun meneruskan perjalanan.

Tujuan awal kami pada hari itu adalah Pondok Salada, sebuah ladang Edelweiss yang teramat besar sehingga sangat cocok untuk berkemah, dan disana air punsangat mudah ditemukan.
Untuk menuju Pondok Salada ini, rute yang harus dilalui adalah sebuah jurang, lalu menemui sebuah pertigaan (dengan warung tak terpakai) lalu menuju Pondok Salada.
Pukul 17.00 kamu hanya mampu menuju 'warung yang tak terpakai', karena kita masih buta akan jalan menuju Pondok Salada.
Akhirnya kita berkemah di dekat 'warung' tersebut.

HARI KE-2

Keesokan harinya 1 Juni 2010 pukul 10.00 , kami bertemu pendaki lain yang ternyata baru saja turun dari Pondok Salada, dan kami pun bertanya tentang arah menujunnya.
dalam janka waktu sekitar 20 menit, kami sampai di Pondok Salada. disana terbentang luaassss Edelweiss yang indah. walaupun belum mekar tapi cukup memuaskan hati kami.


Tujuan berikutnya adalah Tegal Alur/Alun

Dengan keterbatasan alat, kami benar-benar memakai insting dan ilmu navigasi kami. dan kami, kami memutuskan jalan ke suatu arah, yang ternyata malah kembali ke 'warung tak terpakai'. Dan kami mengulangi 'track' yang kami lalui menuju Pondok Salada. Kami istirahat sejenak karena waktu sudah menunjukan pukul 12.00.

Kami bertemu dengan pendaki lain dan bertanya.
Dan untuk menuju tegal Alur/Alun, kami harus melewati jalur bebatuan yang menanjak, dan dilanjutkan dengan jalur pepohonan yang tidak terlalu tinggi.


Dan sekitar pukul 16:00, akhirnya kami menemukan Tegal Alun yang sangat indah, dipenuhi edelweiss dan rumput yang kecoklatan, setelah kami teliti memang jarang sekali yang camp disini, memang tempat ini tidak disarankan oleh penjaga pos di parkiran. Kami pun langsung mendirikan tenda, mencari kayu bakar serta tak lupa membuat pasak di sekitar tenda kami. Sayangnya hujan terus menerus sampai pukul 21:00, sehingga aktivitas kami tidak banyak disini dan sebagian memutuskan tidur lebih cepat. Ternyata kabut sangat tebal disini dan cukup dingin, hingga mencapai 14 derajat celcius.


HARI KE-3

Pukul 08.00 kami berangkat. Dengan menerka track yang sudah ada dan tampak pernah dilalui, kami mulai melewati padang Edelweiss yang lebih besar dari Pondok Salada ini. Trek yang kami lalui awalnya menurun, melewati padang edelweiss dan menyusuri lembahan, hingga akhirnya masuk ke kawasan hutan dengan trek yang sangat sempit dan penuh dengan tanaman dan ranting-ranting, tak jauh dari sana terlihat pohon-pohon yang telah mati dan vegetasi tumbuhan yang semakin pendek diatas sana, menunjukan jalur kita ke puncak semakin mendekat. Perjalanan kami cukup panjang disini, untungnya banyak rafia berwarna merah/biru yang diikatkan oleh pencinta alam lain yang pernah mendaki nya dan mau berbaik hati menunjukan jalur yang benar.

Ketika kami berhasil mencapai ketinggian sekitar 2500 dpl, jalan terus menurun dan terus menurun. Di tengah perjalanan kami melihat dari kejauhan tempat parkir dimana kita memulai perjalanan. Dengan rasa optimisme kami pikir jalan pulang sudah dekat dan berasumsi bahwa kita telah mencapai puncak (padahal masih ada sekitar 100m ketinggian lagi). Dan kami pun semakin menjauh dari penglihatan akan tempat parkir, dan kami menyadari kalau jalan yang kami tempuh telah salah, pada saat itu sekitar pukul 15.00. Hujan pun turun membuat konsentrasi buyar, kabut pun mulai turun.


Dan Disinilah Petualangan Terjadi
Mental dan semangat kami teruji, kemauan untuk selamat pun datang. Berunding pun kadang ngawur, dan ketika kami melihat pita rafia berwarna merah, kami pun merasa ada sedikit pencerahan. Kompas, Altimeter pun tampak sudah tidak berguna. Yang kami punya hanya Tramontina dan Semangat.
Terkadang rafia merah pun menghilang tiba-tiba. Kami yakin rafia tersebut adalah penunjuk arah untuk sebuah acara pendidikan, dan tanpa sadar dari tadi siang kami mengikutinya.


Harapan pupus ketika jam sudah menunjukan waktu 16.45. Perdebatan antara 'pulang' dan 'ngecamp' pun terjadi. Doa dan mantra pun terucap. Dan ketika kami melihat sungai dengan bebatuan sulfur pun kami mulai semangat untuk pulang. Akhirnya kami mendengar suara orbrolan orang-orang dan akhirnya kita bisa sampai ke parkiran dengan selamat pada pukul 17.00.

Sungguh petualangan 9 jam di gunung dan di hutan, membuat kita tersadar betapa kecilnya diri kita dan betapa besar diriNYA.

HIKMAH

1. Jangan pernah meremehkan gunung
2. Jangan pernah memaksakan diri kalau kondisi fisik tidak memadai
3. Jangan lupa membawa peta/Gps atau kalau perlu pakai pemandu
4. Selalu sediakan survival kit guna keperluan yang urgent
5. Pakailah peralatan pendakian yang bagus, karena kita tidak pernah tau trek nya seperti apa
6. Selalu hemat penggunaan bahan bakar dan air
7. Utamakan mental yang kuat !
8. dll


----------------------------------------------------------------------

Info Perjalanan dari Bandung :

Naik Elf jurusan Cikajang di Terminal Cicaheum (Rp. 12.500,-/orang) atau di Leuwi Panjang (Rp. 15000,-/orang) turun tepat di jalan masuk ke Gn. Papandayan --- diteruskan naik dolak/kend. bak terbuka sampe ke parkiran (Rp. 10.000,-/orang) --- bayar biaya masuk parkiran dan Gn. Papandayan serta melapor dan mengisi buku tamu di pos (Rp. 2000,-/orang)
Total biaya minimum : Rp. 100.000 (transportasi pulang pergi, beli makanan, dll)

Alternatif lainnya bisa menggunakan Bus, turun di terminal Guntur garut dan naik Elf/Kend.umum lainnya ke arah Cikajang, dilanjutkan dengan dolak.

Thread serupa http://www.facebook.com/notes.php?id=1333612075#!/note.php?note_id=405273194138
Powered By Blogger