Tuesday, January 19, 2010

LEMURIA - Peradaban Sebelum dan Saat Peradaban Atlantis

Lemuria/mu merupakan peradaban kuno yang muncul terlebih dahulu sebelum Atlantis. Para peneliti menempatkan era peradaban Lemuria/mu disekitar 75.000 SM – 11.000 SM. Jika kita lihat dari periode itu, Bangsa Atlantis dan Lemuria/mu seharusnya pernah hidup bersama selama ribuan tahun lamanya.
Gagasan Benua Lemuria/mu seharusnya terlebih dahulu eksis dibanding peradaban Atlantis dan Mesir Kuno dapat kita peroleh penjelasannya dari sebuah karya Augustus Le Plongeon (1826-1908), seorang peneliti dan penulis pada abad ke-19 mengadakan penelitian terhadap situs-situs purbakala peninggalan bangsa Maya di Yucatan. Informasi tersebut diperoleh setelah keberhasilan menerjemahkan beberapa lembaran catatan kuno peninggalan bangsa Maya. Dari hasil terjemahannya, diperoleh beberapa informasi yang menunjukkan hasil bahwa Bangsa Lemuria/mu memang berusia lebih tua daripada peradaban nenek moyang mereka (Atlantis). Namun dikatakan juga, bahwa mereka pernah hidup dalam periode waktu yang sama, sebelum kemudian sebuah bencana gempa bumi dan air bah dahsyat meluluh lantahkan dan menenggelamkan kedua peradaban maju masa silam tersebut.
Hingga saat ini, letak dari benua Lemuria/mu pda masa silam masih menjadi sebuah kontroversi, namun berdasarkan bukti arkeolog dan beberapa teori yang dikemukakan oleh para peneliti, kemungkinan besar peradaban tersebut berlokasi di Samudera Pasifik (sekitar Indonesia sekarang). Banyak arkeolog mempercayai bahwa Easter Island yang misterius itu merupakan bagian dari Benua Lemuria. Hal ini jika dipandang dari ratusan patung batu kolosal yang mengitari pulau dan beberapa catatan kunu yang terukit pada beberapa artifak yang mengacu pada bekas-bekas peninggalan peradaban maju pada masa silam. Mitologi turun temurun para suku Maori dan Samoa yang menetap dipulau-pulau disekitar Samudera Pasifik juga menyebutkan bahwa dahulu kala pernah ada sebuah daratan besar di Pasifik yang hancur diterjang oleh gelombang pasang air laut dahsyat (tsunami), namun sebelumnya bangsa mereka telah hancur terlebih dahulu akibat peperangan.
Keadaan Lemuria/mu sendiri digambarkan sangat mirip dengan peradaban Atlantis, memiliki tanah yang subur, masyarakat yang makmur dan penguasaan terhadap beberapa cabang ilmu pengetahuan yang mendalam. Faktor-faktor tersebut tentunya menjadi sebuah landasan pokok bagi bangsa Lemuria/mu untuk berkembang pesat menjadi sebuah peradaban yang maju dan memiliki banyak ahli/ilmuwan yang dapat menciptakan suatu terobosan baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi mereka. Seperti banyak diketemukan oleh beberapa pakar spiritual dan arkeologi, bahwa bangsa lemuria/mu dan Atlantean menggunakan crystal secara intensif dalam kehidupan mereka. Edgar Cayce, seorang spiritual Amerika melalui channelingnya berkali-kali mengungkapkan hal yang sama.
Kuil-kuil Lemuria dan Atlantis menempatkan sebuah crystal generator raksasa yang dikelilingi crystal-crystal lain, baik sebagai sumber tenaga maupun guna berbagai penyembuhan. Banyak info mengenai Atlantis dan Lemuria/mu diperoleh dengan meng-channel crystal-srystal ‘old soul’ yang pernah dipergunakan pada kedua zaman ini. Namun, berbeda dengan bangsa Atlantis yang lebih mengandalkan fisik, teknologi dan gemar berperang, Bangsa Lemuria justru dipercaya sebagai manusia-manusia dengan tingkat evolusi dan spiritual yang tinggi, sangat damai dan bermoral. Menurut Edgar Cayce, munculnya Atlantis sebagai suatu peradaban super power pada saat itu (kalau sekarang mirip Amerika Serikat) membuat mereka sangat ingin menaklukkan bangsa-bangsa didunia, diantaranya Yunanu dan Lemuria yang dipandang oleh para Atlantean sebagai peradaban yang kuat.
Berbekal peralatan perang yang canggih serta strategi perang yang baik, invansi Atlantis ke Lemuria berjalan seperti yang diharapkan. Karena sifat dari Lemuria.mu yang menjunjungi tinggi konsep perdamaian, mereka tidak dibekali dengan teknologi perang secanggih Atlantean, sehingga dalam sekejap, Lemuria/mu pun jatuh ke tangan Atlantis. Para Lemuria/mu yang berada dalam kondisi terdesak, akhirnya banyak meninggalkan buni untuk mencari tempat tinggal baru di planet lain yang memiliki karakteristik mirip bumi, mungkin keberadaan mereka saat ini belum kita ketahui (ada yang mengatakan saat ini mereka tinggal di Planet Erra/ Terra digugus bintang Pleiades).
Mungkin kisah para Lemuria/mu yang meninggalkan bumi untuk menetap di planet lain sedikit tidak masuk akal, tapi perlu kita ketahui bahwa teknologi mereka pada saat itu sudah sangat maju, penguasaan teknologi penjelajahan luar angkasa mungkin telah dapat mereka realisasikan di jauh-jauh hari. Tentunya penguasaan teknologi yang sama pada era peradaban kita ini, belum bisa disandingkan dengan kemajuan teknologi yang mereka ciptakan.
Dari sekelumit kisah yang terurai diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa para Lemurian tidak musnah oleh bencana gempa bumi dan air bah seperti yang dialami oelh para Atlantean, namun karena peranglah yang membuat sebagian dari mereka berguguran. Sementara semenjak kekalahannya oleh bangsa Atlantis, otomatis wilayah Lemuria/mu dikuasai oelh para Atlantean, sampai saat akhirnya daratan itu diterpa oleh bencana yang sangat dahsyat yang kemudian menenggelamkan bersama beberapa daratan lainnya, termasuk diantaranya Atlantis itu sendiri.
Bangsa Lemuria/mu sebenar bisa dikatakan bangsa yang juga mengagungkan keberadaan Matahari sebagai dewa atau penolong mereka. Menurut Churchward, hampir seluruh peradaban Lemuria/mu tinggal di rumah dengan atap yang tembus pandang. Mereka selalu bebas dari stress dan penyakit, serta mampu berusia hingga ratusan tahun. Mengembangkan kemampuan E.S.P-nya (Extrasensory Perception—indra ke-6) selama hampir 40.000 tahun dan digunakan dalam pergaulan sehari-hari serta dalam penelitian-penelitian. Dengan evolusi kemampuan selama berabad-abad, bangsa Mu memperoleh reputasi sebagai ahli telepati, berpindah tempat antar bintang, dan teleportasi. Semua ini menyebabkan tidak dibutuhkan kendaraan pada peradaban mereka. Hampir semua ilmuwan yang menulis kisah tentang bangsa Lemuria/mu mengatakan bahwa mereka secara umum merupakan bangsa yang vegetarian, hidup bercocok tanam, hidup di luar (outdoor), memiliki budaya untuk hidup seimbang dengan alam dan bumi, serta hanya menggunakan sedikit teknologi keilmuan. Bangsa Lemuria lebih berkonsentrasi dalam bermeditasi dan pengembangan ESP. Rata-rata Bangsa Lemuria/mu tidak berminat pada teknologi Bangsa Atlantis dan lebih memilih untuk bereksperimen dengan energi psikis untuk memindahkan objek (dibuktikan oleh Uri Gellar dalam risetnya di Stanford University pada tahun 1970-an), meskipun mereka juga menggunakan gelombang dengan frekwensi tinggi, tenaga matahari, energi crystal, dan teleportasi untuk membuat dan memindahkan objek.
Sebuah laporan mendekripsikan ujian-ujian yang harus dilakukan sebelum menikah pada bangsa Lemuria (ditulis oleh seorang pria bernama Cerve, seorang ahli sejarah Resucrucian). Para tetua menyuruh pria dan wanita untuk memberikan semua harta bendanya hingga mereka tidak memiliki apa pun—tanpa pakaian, makanan, rumah/ tempat tinggal untuk berteduh, ataupun alat-alat. Wanita dan pria itu kemudian ditinggalkan di hutan belantara selama sebulan (28 hari) tanpa pakaian. Dalam jangka waktu itu, mereka harus membuat tempat berteduh, membuat sendiri pakaian mereka, mencari makanan mereka sendiri, membuat peralatan, dan memberikannya untuk pasangannya tanpa terlibat dalam adu argument dan tanpa ada pikiran buruk antara mereka berdua. Jika mereka dapat melalui ujian test tersebut, maka mereka akan di nikahkan dan harta benda mereka yang sebelumnya akan dikembalikan kepada mereka. Namun, jika ujian test tersebut gagal mereka jalankan, maka mereka tidak akan dinikahkan.
Migrasi Bangsa Lemuria bermigrasi dari Benua Mid-Pasifik ke Benua Atlantis dimana mereka dikabarkan berevolusi menuju kesempurnaan. Bukti-bukti peninggalan menggambarkan adanya penemuan-penemuan yang mengagumkan, yang tampak seperti cerita fiksi ilmiah. Lampu yang menyala terang selama ribuan tahun tanpa dirawat, yang diceritakan oleh banyak sekali penulis kuni, adalah salah satu peninggalan dari Atlantis. Beberapa dari “lampu ajaib” ini masih menyala ketika penjelajah Spanyol menemukannya di pelosok hutan Amazon dari 10.000 tahun kemudian! (didokumentasikan dalam buku Robber Charroux’s). Peneliti sejarah kuno menemukan “lampu ajaib” masih menyala di Mesir (yang merupakan koloni Atlantis yang bernama Luxor) lebih dari 9 abad setelah banjir, di pintu kuil yang dilaporkan dapat membuka dan menutup secara otomatis, dan di jaga oleh robot-robot.
Kota Crystal Atlantis Penemuan ini didapatkan dalam dokumen kuno yang dibuat oleh Robert Charmux Sama menakjubkannya dengan penemuan kota yang terendam dibawah air yang terletak di kepulauan Bahama oleh lima orang penyelam pada tahun 1970. piramida dengan corak emas yang megah dikelilingi oleh kubah-kubah, bangunan-bangunan persegi panjang, peralatan-peralatan metal yang tidak teridentifikasi, dan patung yang diatasnya terdapat misterius yang berisi 7 miniatur piramida. Crystal tersebut, dibawa ke permukaan oleh Dr. Ray Brown, memperkuat energi yang melewatinya, memancarkan cahaya yang menyembuhkan penyakit, dan dibuat dengan metode yang masih tidak diketahui oleh para ilmuwan yang menelitinya. Crystal tersebut ditemukan pada ruangan yang bersinar secara misterius didalam piramid bawah air dengan peralatan semacam pistol cahaya yang menyinarinya. Kamera Kirlian, yang dapat merekam gambar-gambar diluar batas kemampuan manusia, menampakkan sebuah mata didalam crystal yang tidak tampak oleh mata telanjang.
Masih belum diketahui teknologi mana yang dapat membuta jalanan campuran antara aspal dan krikil yang rata sejauh ratusan mil yang tetap utuh dalam kondisi lebih dari 10.000 tahun kemudian. Jalan ini ditemuakan di bawah air, pada pantai timur olehj kapal selam penyelam dalam Aluminaut, dan mengandung magnesium oxide.
Pada tahun 1977, terjadi sebuah kejadia misterius di Samudera Atlantik yang berhubungan dengan teknologi yang tidak diketahui. Sebuah piramida setinggi 650 kaki secara misterius bercahaya, dengan air berwarna putih yang berkilauan yang berubah menjadi hijau. Sebuah warna yang kontras dengan gelapnya air pada kedalaman laut. Penemuan itu difoto oleh Arl Marahall pada ekspedisi Cay Sal.

Foto-foto Dr. William Bell’s 1958 yang diambil pada dasar samudera Atlantik menunjukkan sebuah puncak menara berukuran sekitar 6 kaki muncul di sebuah dasar yang menyerupai roda gigi dengan sinar yang aneh keluar dari dasar lubang, apakah ini merupakan bekas “lampu abadi” yang sering dituliskan oleh peneliti-peneliti kuno. “lampu abadi” itu diberi tenaga oleh sebuah tenaga kosmik interdimensi yang diambil keluar dari atmosfir oleh sebuah bentuk konduktor crystal pada puncak piramid/ gedung? Piramida yang lebih besar dari gedung-gedung yang pernah dibuat di dunia pada masa modern telah ditemukan pada dasar samudera Atlantik, di China, dan di Mesir belum dapat disaingi teknologi kita. Piramida-piramida ini memiliki semacam semen yang diakui oleh peneliti-peneliti kita jauh lebih baik dari yang kita gunakan sekarang. Tulisan-tulisan kuno menyebutkan bahwa piramida dilambangkan sebagai kapsul waktu yang berisi sejarah dan teknologi dari kerajaan Matahari dan teknologi Atlantis. Sebuah piramida yang sangat besar, di kedalaman 10.000 kaki pada samudera Atlantik, dilaporkan telah ditemukan dengan kristal yang berdenyut-denyut dipuncaknya, oleh ekpedisi Tony Benik. Grup ini juga menemukan sebuah lembaran kristal, dan mengatakan jika seberkas cahaya dipancarkan melaluinya, akan tampak tulisan misterius didalamnya. Lebih banyak lagi piramid-piramid bawah air yang ditemukan di Amerika Tengah, Yukatan, dan Louisiana, dimana puncaknya juga ditemukan di selat Florida. Sebuah bangunan pualam bergaya Mesir ditemukan diantara Florida dan Kuba. Adakah hubungannya dengan tiang yang memancarkan energi yang ditemukan oleh Dr, zink di Bahama pada tahun 1957? Zink juga membawa barang-barang temuan yang diambil dalam penyelam ke laut Atlantik, dan telah diinterview oleh agen Mind Internasional, Steve Forsberg.

Salah satu penemuan yang menakjubkan dari dasar Samudera Atlantik dilaporkan oleh kru Kapten Reyes pada kapal penyelamat “Talia” dari Spanyol. Mereka merekam bermil-mil kuil berpilar, patung-patung, dan jalan besar yang berliku, dengan jalan-jalan kecil bercabang keluar dari pusat seperti ruji pada roda, serta kuil dan piramid yang sangat megah. Dari kota ini, seperti kota yang ditemukan di perairan Spanyol oleh ekspedisi Dr. Maxine Asher dan kemudian ditemukan oleh ekpedisi Professor Akayonove (semua didokumentasikan dalam foto) menunjukkan kesamaan dengan dekripsi Plato tentang Atlantis. Lebih dari 30 reruntuhan yang berbeda telah diketemukan di dasar laut Atlantik sejak tahun 1956, dan dalam perpustakaan kuno, beberapa pete tua menunjukkan Atlantis dan laut penghubungnya telah ditemukan. Pulau yang diketahui sebagai ibu kota dari negara pada benua yang menyebar dari Afrika Utara dan Eropa menuju Florida dengan iklim tropis pada pantai barat dan selatan, serta iklim dingin pada bagian utara dan timur. Menurut Plato dan ahli-ahli sejarah lainnya, Atlantis memiliki pemerintahan yang paling maju dan damai di dunia pada puncaknya. Dan selama ribuan tahun bumi berada dalam masa damai dengan bentuk sistem politik yang belum ada tandingannya. Ahli-ahli sejarah dan pertualang yang dihormati, seperti Diodorus, Kantor, Marcellinus, Proculus, Plutarch, Herodotus, Timagenus, Aelenus, Theopompos, dan lebih banyak lagi. Semuanya menuliskan tentang Atlantis yang mereka percaya sebagai sebuah peradaban yang benar-benar superior yang hilang ditelan waktu. Semua negara kuno di benua Amerika menuliskan Atlantis dalam peninggalan-peninggalannya.

The Only Living Earth : Destiny or By Chance ?

kavee on 7 January, 2010 - 13:20.

Rare Earth adalah suatu antitesis (kontra) terhadap teori lain yang lebih dulu populer yang dipelopori oleh Carl Sagan bernama “mediocrity” atau “Copernican principle”. Carl Sagan (alm.) adalah seorang astronomer dan exobiologist terkenal yang banyak menulis buku yang laku di pasaran (misalnya Cosmos –telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Yayasan Obor Indonesia 1997 dengan kata pengantar oleh Prof. Bambang Hidayat-astronomer paling senior di Indonesia, The Pale Blue Dot yang dihiasi gambar-gambar dan foto-foto aduhai, Carl Sagan’s Universe yang sedikit teknis, dll.). Buku-bukunya sering ditulis dengan kata-kata puitis, sehingga nikmat dan ‘syahdu’ membacanya. Carl Sagan pun seorang selebritas dan ilmuwan yang sering muncul di televisi dan dia dekat dengan para penguasa Amerika Serikat. Maka, jutaan dollar US dialirkan Pemerintah AS untuk mendanai penelitian-penelitian yang mengobsesi Carl Sagan : kehidupan ekstraterestrial. Carl Sagan meyakini bahwa di Alam Semesta banyak kehidupan. Ide-idenya menjadi inspirasi film-film bertajuk ET (extra-terrestrial) –yang mendominasi film-film fiksi ilmiah pada era 80-an. Secara ringkas, program peneltian Carl Sagan dan timnya bernama SETI –search for extra-terrestrial intelligence. Banyak radio-teleskop dengan diameter lebar didirikan di gurun Arizona untuk menangkap sinyal-sinyal yang mungkin mambawa tanda-tanda kehidupan dari luar Bumi. Film “Contact” yang berkaitan dengan ini dan dibintangi oleh Jodie Foster adalah berdasarkan ide Carl Sagan tentang kontak dengan ET.
Namun demikian, meskipun telah lebih dari 20 tahun teleskop-teleskop radio dengan piringan parabola lebar itu diarahkan ke segenap penjuru langit, tak ada satu “beep” pun terbaca atau “terdengar” di layar monitor yang dipasang 24 jam selama puluhan tahun itu. Harapannya, “beep” itu adalah salam pembuka dari makhluk cerdas di luar Bumi (ETI) yang menyapa para manusia yang sangat berharap disapa. “Kalau ETI itu suatu hal yang umum di Alam Semesta,  mengapa tak pernah ada kontak ?” Pertanyaan ini terkenal sebagai Fermi paradox. “If the universe is teeming with aliens, where is everybody” (Webb, 2002). Sampai Carl Sagan sendiri meninggal pada tahun 1996, belum ditemukan tanda-tanda adanya kontak dengan ETI. Program SETI pun mulai dilecehkan kebanyakan orang, bahkan sebuah iklan minuman memanfaatkan radio telescope itu. Dua anak muda naik ke piringan parabola teleskop sambil minum minuman bersoda. Lalu mereka berserdawa  “bluuurrrppp” yang segera tertangkap di layar monitor para astronom dan menimbulkan kehebohan luar biasa di antara para peneliti sebab dikiranya ada kontak dengan ETI, padahal itu suara gas dari perut si anak muda di atas radio teleskop (huh...). Dana penelitian SETI pun otomatis berkurang dan kurang populer lagi, apalagi pembela utamanya telah tiada.
Mengapa jarang ? Sebab bentuk kehidupan kompleks di Bumi ini muncul oleh banyak peristiwa astronomi dan geologi sedemikian rupa yang sulit terjadi di tempat lain. Serangkaian syarat-syarat itu adalah : (1) planet harus berada di dalam galactic habitable zone, (2) bintang dan sistem planetnya punya karakter tersendiri, (3) planet harus berada dalam circumstellar habitable zone –zone layak kehidupan di sekeliling bintang, (4) ukuran planet harus tepat, tak boleh terlalu kecil tak boleh terlalu besar, (5) planet harus punya satelit yang besar yang bisa mengakibatkan planetnya mendukung kehidupan, (6) planet harus mempunyai magnetosfer dan gerak tektonik lempeng, (7) komposisi kimiawi listosfer harus mendukung kehidupan, (8) planet harus memiliki atmosfer dan lautan, (9) planet harus punya peristiwa katastrofik yang justru dapat memicu evolusi –‘evolutionary pumps’ seperti glasiasi masif dan benturan benda langit seperti yang terjadi saat ledakan jumlah spesies pada Cambrian explosion. Kemunculan makhluk cerdas seperti manusia butuh syarat-syarat lainnya lagi –misalnya planet mengalami peristiwa evolusi dalam jangka panjang.
Rare Earth mengatakan bahwa sebagian besar Alam Semesta itu, termasuk sebagian besar galaksi Bima Sakti kita tidak dapat mendukung bentuk kehidupan yang kompleks (dead zones). Bagian galaksi yang bisa memunculkan kehidupan kompleks adalah galactic habitable zone. Zona kehidupan ini merupakan fungsi utama terhadap jarak dari pusat galaksi. Semakin jauh dari pusat galaksi, maka metallicity (kandungan logam-logam, di luar hidrogen dan helium) bintang-bintang semakin berkurang. Padahal logam-logam itu diperlukan untuk membentuk rocky planets. Sinar X dan radiasi sinar gamma dari lubang hitam di pusat galaksi dan bintang-bintang neutron di dekatnya menjadi berkurang semakin menjauhi pusat galaksi. Radiasi sinar-sinar ini berbahaya untuk suatu kehidupan yang kompleks. Maka wilayah-wilayah di galaksi dengan kepadatan bintang yang tinggi dan banyak ledakan supernova, bukanlah wilayah yang layak untuk kehidupan kompleks. Gangguan gravitasi tehadap planet oleh bintang-bintang akan semakin kecil bila kerapatan bintang semakin berkurang. Maka semakin jauh planet dari pusat galaksi akan semakin kecil kena hantaman benda langit berukuran besar. Sebuah impact yang cukup besar dapat memusnahkan kehidupan kompleks di planet. Tetapi akan kita lihat bahwa impact pun dibutuhkan sebagai pemicu evolusi kehidupan.
Kehidupan kompleks memerlukan air dalam keadaan cair seperti di lautan dan danau. Karenanya, planet harus berada pada jarak yang tepat dari bintangnya (Goldilocks Principle, Hart-1979, “Habitable Zone around Main Sequence Stars, Icarus, No. 37). Planet tidak boleh terlalu dekat atau terlalu jauh terhadap bintangnya. Mengacu kepada Matahari dan Bumi, maka jarak yang aman untuk zone kehidupan kompleks adalah pada indeks 0,95 – 1,15 SA (satuan astronomi, 1 SA = jarak Matahari-Bumi = 150 juta km). Jarak habitable zone ini pun berevolusi bergantung kepada tipe dan umur bintangnya. Pada saat bintang dalam tahap/sekuen red giant (si raksasa merah) atau white dwarf (bajang putih) jarak habitable zone-nya akan berlainan. Bintang yang tipenya panas (bukan menengah seperti Matahari) biasanya berumur pendek, dan akan menjadi red giant dalam waktu “hanya” 1 Ga (1 miyar tahun). Belajar dari Bumi, periode 1 milyar tahun bukanlah waktu yang cukup untuk evolusi sampai kepada makhluk seperti manusia (paling tidak perlu 3,5 Ga). Red Giant pun bintang yang mengembang menjadi raksasa yang akan menelan planet-planet di dekatnya, jelas tak akan mendukung kehidupan kompleks. Tipe bintang yang cocok untuk mendukung kehidupan adalah bintang-bintang dari kelas F7 – K1 (bintang-bintang dikelompokkan menjadi kelas O, B, A, F, G, K, M –klasifikasi Morgan-Keenan dari yang paling panas sampai paling dingin). Matahari kita kelas G. Dan di Bima Sakti hanya ada 9 % bintang kelas Matahari (G).
Planet yang mendukung kehidupan kompleks pun harus mempunyai planet tetangganya yang lebih besar dan cukup jauh agar tak mengganggu gravitasinya, tetapi cukup dekat sebagai tameng untuk menarik benda langit yang akan menimbulkan impact terhadap planet pendukung kehidupan kompleks. Contoh ideal dalam hal ini adalah planet Yupiter tetangga jauh Bumi setelah Mars. Yupiter cukup jauh agar tak mengganggu gravitasi Bumi, tetapi ia masih relatif dekat untuk membuat benda langit (bolides) yang akan menabrak Bumi berbelok tertarik gravitasi Yupiter. Contoh kasus ini adalah saat komet Shoemaker-Levy menghantam Yupiter pada tahun 1994, daripada menghantam Bumi. Film dari BBC yang saya sebutkan di atas menunjukkan peristiwa benturan komet besar kepada Yupiter ini, yang sampai sekarang meninggalkan bekas luka di Yupiter.
Planet pun tak boleh berukuran terlalu kecil sehingga gravitasinya tak dapat menahan atmosfer. Sebab bila tak ada atmosfer, temperatur akan sangat menurun dan tak akan ada lautan. Planet yang kecil pun cenderung punya variasi topografi yang ekstrem. Inti planet akan mendingin dengan segera, sehingga gerak fluida mantel dan tektonik lempeng tak akan bertahan lama atau bahkan tak bisa terjadi. Membandingkan hal ini adalah Bumi dan Mars. Mars lebih kecil daripada Bumi dan berdasarkan tinggalan-tinggalan di permukaannya diyakini pernah ada air mengalir di Mars. Namun sekarang telah lenyap akibat gravitasinya tak bisa menahan atmosfernya dan intinya pun telah selesai bergerak, sehingga tak ada lagi gerak fluida di mantel dan tektonik lempeng di litosfer. Mengapa Bumi lebih besar dari Mars ? Digambarkan dalam film BBC bahwa dulu pada saat baru terbentuk, Bumi punya saudara kembar bernama Theia. Antara Gaia (Bumi) dan Theia kemudian berbenturan, membuat Bumi bersumbu miring seperti sekarang, tetapi collision itu menyebabkan accretion (seperti dalam tektonik lempeng juga) dalam hal Gaia bertambah besar ukurannya karena ia “memakan” saudara kembarnya sendiri. Dengan benturan itu, Bumi mempunyai gravitasi yang cukup untuk menahan atmosfer dan punya inti yang tidak segera mendingin sehingga aktivitas mantel dan litosfer tetap dinamik. Konsep Theia dikemukakan oleh Taylor (1998) dalam buku berjudul “Destiny or Chance : Our Solar System and Its Place in the Cosmos” (Cambridge Univ. Press).
Planet dengan satelit yang besar (seperti Bumi dan Bulan) adalah juga suatu anomali di dalam rocky planets. Bandingkan bahwa Merkurius dan Venus yang sama-sama rocky planets seperti Bumi tak punya satelit, sementara Mars, rocky planet lain tetangga sebelah Bumi, punya satelit, tetapi jauh lebih kecil ukurannya dibandingkan Mars (satelit Phobos, mungkin ia hanya asteroid yang tertangkap gravitasi Mars). Giant impact theory menurut Taylor (1998) mengatakan bahwa Bulan berasal dari benturan antara Gaia dan Theia. Bulan ini telah ikut menjaga stabilitas kemiringan Bumi agar tetap bersudut sekitar 23 ½ deg. Bumi tak boleh terlalu miring atau terlalu tegak sebab ini akan mengacaukan extreme seasonal variation yang tak akan menyebabkan stimulus evolusi sebab chaotic. Bulan pun menyebabkan efek pasang air laut di Bumi secara berkala yang sangat penting untuk evolusi spesies penghuni lautan berpindah ke daratan. Tanpa Bulan, pasang karena Matahari akan sangat lemah sehingga akan memperlambat sekali laju evolusi.
Planet pun untuk mendukung kehidupan yang kompleks harus mempunyai gerak tektonik lempeng. Sebab evolusi kehidupan banyak dipengaruhi oleh sebaran lautan dan benua di atas planet dan sebaran samudera serta benua seluruhnya diatur oleh tektonik lempeng. Untuk itu, suatu planet harus mempunyai komposisi kimia yang mengizinkan gerak tektonik lempeng, yaitu ia harus mempunyai energi peluruhan radioaktif di intinya yang akan menghasilkan panas yang akan menggerakkan mantel. Kerak benua planet pun harus granitik agar ia sebagai lempeng dapat terapung di atas batuan oseanik yang basaltik dengan densitas dan gravitasi yang lebih besar/berat. Subduksi dan pemekaran dasar samudera yaitu dua pendorong gerak lempeng melalui ridge puh di MOR (mid-oceanic ridge) dan slab pull di zona subduksi hanya akan terjadi oleh gerak pelumasan air, dan di planet yang punya air dalam bentuk cairan di samudera gerak tektonik lempeng terjadi dengan mudah, itulah Bumi.

Powered By Blogger